Delegasi Fakultas Syariah (FASYA) Institut Agama Islam Negeri Pontianak mengikuti Kompetisi Debat Anak Bangsa yang diadakan oleh IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) Kalimantan Barat.
Lomba debat ini di ikuti oleh seluruh Kampus di Kalimantan Barat yang dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2020 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang berlokasi di Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Lomba tersebut diwakili oleh Fitriani , Robiatu Khoirunnisa, serta Susirawati. Ketiga delegasi tersebut merupakan mahasiswi Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES).
Fitriani salah satu delegasi mengungkapkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi lomba.
“Untuk persiapannya sendiri, kami berlatih dengan waktu yang efektif kurang lebih selama 1 minggu. Kami terus berlatih dan mendapatkan arahan dari dosen maupun senior” ungkap Fitriani.
Uci salah satu delegasi juga berkata bahwa motivasi mengikuti lomba debat ini adalah untuk melatih diri sendiri. Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai kampus. Dengan mengikuti lomba debat juga dapat mengasah pola pikir. Mereka secara tidak langsung dapat mengkritisi dan memberi masukan untuk negara Indonesia ini, mereka juga bisa mendapatkan pengetahuan baru dari argumen-argumen peserta lain dan membuka pikiran mereka akan politik.
"Mengenai tips-tips dalam debat, selalu mencari informasi dan jangan takut mengeluarkan argumen. Kita harus berani mengutarakan apa yang ada dalam pikiran kita, terus mengkritisi dan jangan pernah bosan untuk berlatih dan terus berlatih serta jangan malas untuk membaca buku dan melatih public speaking kita agar lebih mudah dalam mengutarakan argumen saat debat." Ungkap Uci dalam wawancaranya.
Sebagai perwakilan kampus dalam kompetisi debat, mereka sangat bersyukur dan bangga karena bisa di percaya untuk mewakili kampus dan banyak dukungan juga dari teman-teman, senior maupun dosen. Dalam perlombaan ada yang namanya menang dan kalah. Hal itu sudah biasa, yang penting mereka sudah melakukan usaha semaksimal dan sebaik mungkin.
Penulis: Winda Mauri Tania